JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Menteri
Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa ujian nasional (UN) yang
diselenggarakan dari tahun ke tahun masih relevan untuk tetap
dipertahankan. Pasalnya, menurut Nasaruddin, penghapusan UN berpotensi
menimbulkan disintegrasi bangsa.
"Bakal terjadi keadaan tidak
bersatu padu, terpecah belah, hilang keutuhan atau persatuan. Karena
itu, UN perlu dipertahankan," katanya ketika melakukan peninjauan UN di
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19 di kawasan Pondok Labu, Jakarta
Selatan, Senin.
Didampingi Direktur Pondok Pesantren Aceh
Saefuddin dan sejumlah pejabat Kemenag lainnya, Wamenag sempat mendapat
penjelasan dari Kepala MTs Negeri 19, H Wawan M, tentang jalannya UN di
madrasah tingkat menengah tersebut.
UN 2013 di Jakarta diikuti
15.968 siswa dengan rincian Jakarta Pusat (443 siswa), Jakarta Utara
(1.549), Jakarta Barat (3.237), Jakarta Selatan (4.919), Jakarta Timur
(5.750), dan Kepulauan Seribu (70).
Secara nasional, UN 2013
untuk madrasah diikuti 1.659.717 siswa terdiri dari 484.230 siswa
madrasah ibtidaiyah (MI/SD), 829.884 siswa madrasah tsanawiyah
(MTs/SMP), dan 345.603 siswa madrasah aliyah (MA/SMA).
UN pada
2013 ini, menurut Nasaruddin, memang dihadapkan pada adanya kritik tajam
terkait persoalan teknis, seperti keterlambatan pendistribusian soal
ketika berlangsung UN untuk tingkat sekolah lanjutan atas pekan lalu.
Namun, hal itu jangan membuat semua pihak saling menyalahkan sehingga
tenaga atau energi terkuras hanya untuk membahas hal itu. Justru
kekuatan harus diarahkan bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan ke
depan lebih baik.
"Jika UN ditiadakan, justru Indonesia akan
dihadapkan kepada sejumlah kesulitan, antara lain, tak bisa memetakan
tingkat kemampuan siswa terhadap hasil penyelenggaraan pendidikan selama
ini," katanya.
Jika terjadi ketimpangan pendidikan antara satu
wilayah dengan wilayah lain, tidak mustahil akan muncul penilaian atau
pendapat bahwa pemerintah pusat hanya memperhatikan satu wilayah. Akan
terjadi kesenjangan pendidikan yang bermuara munculnya fitnah karena
pemerintah pusat dianggap lalai dengan tidak memperhatikan pendidikan.
Perbaikan
mesti dilakukan. Jika ada kekurangan, harus diperbaiki karena kesalahan
tak boleh terjadi lagi. Jangan sampai jatuh di tempat yang sama pada
pelaksanaan UN ke depan. Namun, lanjut dia, jika UN ditiadakan, tentu
dengan berbagai implikasi yang muncul, bisa membawa disintegrasi
bangsa.
Segera perbaiki
Pada kesempatan
itu, Wamenag Nasaruddin Umar menyempatkan meninjau pelaksanaan UN dari
luar kelas. Ia mengaku terkejut bahwa di wilayah Jakarta kondisi
bangunan MTs Negeri 19 sangat memprihatinkan. MTs Negeri 19 berdiri di
atas lahan seluas 2.400 meter persegi dengan bangunan berlantai dua.
Namun,
menurut pejabat tata usaha madrasah tersebut, Amiruddin, bangunan yang
dibangun pada 1995 tersebut rawan roboh karena lahannya bertanah lembek
akibat bekas rawa.
Selain itu, di berbagai tempat, banyak
dijumpai retakan pada tiang bentangan. Karena itu, untuk menjaga
keselamatan siswa agar tak tertimpa bangunan, dibuatkan tiang penyangga
besi. Wamenag Nasaruddin Umar minta agar pihak madrasah bersangkutan
melapor kepada dinas pendidikan di Jakarta.
"Segera perbaiki dan terlebih dahulu harus melakukan pengecekan terhadap fondasinya," katanya.
Ia
mengapresiasi madrasah ini yang telah memberi perhatian kepada para
siswanya dengan cara menanamkan nilai-nilai kebersamaan, misalnya,
shalat Dhuha dan bekerja gotong royong, sehingga lingkungan madrasah
terlihat asri dan bersih.
"Kekompakan antarsiswa perlu
ditanamkan. Sebab, apa pun pelajaran yang diberikan, tidak akan
membuahkan hasil jika tidak disertai kebersamaan atau nilai-nilai,"
katanya.